Di Indonesia dalam dua dekade terakhir, kekerasan atas nama agama nampak sebagai sebuah fenomena baru dalam ruang sosial. Ini dapat disaksikan pada berbagai peristiwa konflik dan kekerasan yang terjadi seantero negeri, baik yang berskala besar maupun kecil. Mulai dari peristiwa Poso dan Ambon dua dedade silam hingga penyerangan Geraea dan Mesjid di Yogyakarta dan Papua beberapa waktu lalu. Peristiwa kekerasan ini seperti menjadi realitas yang sulit dihindari. Agama yang sejatinya sebagai way of life (pedoman hidup) justru menjadi motivasi tindakan destruktif. Terlebih lagi, tindakan ini dilegitimasi oleh teks-teks “kitab suci” yang seolah-olah Tuhan sendiri menghendakinya. Fenomena ini tentu saja mengusik kenyataan Indonesia yang plural. Bagaimana tidak, bangsa yang didirikan dari pilar-pilar perbedaan, termasuk agama, justru secara terang tampak seperti dinegasikan oleh warganya sendiri. Slogan Bhinneka Tunggal Eka seolah-olah hanya manis di bibir namun luput dalam ingatan. Apalagi jika para elit bangsa pun dan pembuat kebijakan sendiri yang tergoda melakukannya. Ini telah ditunjukkan oleh beberapa studi, baik dari dalam maupun luar negeri. Oleh sebab itu, sebagai warga maka sudah sejatinya untuk memikirkan ulang persolan ini dan memberikan alternatif pikiran terhadap persoalan ini.
Buku ini berisi tentang:
Bab I Pendahuluan
Bab II Etika Religius: Antara Etika dan Agama
Bab III Emmanuel Levinas dan Pemikiran Etikanya
Bab IV Menguak Etika Religius Levinas
Bab V Relevansi Etika Religius Terhadap Pluralitas Agama di Indonesia